Love Like This

Ketika saya berpikir apa itu kasih, seringkali deskripsi yang ditujukkan lebih menggambarkan perasaan atau hubungan. Tapi menarik ketika saya membaca surat Rasul Paulus pada jemaat di Korintus dalam I Kor 13:4-7:

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Wow! Kalau diperhatikan ini sama sekali tidak berkaitan dengan perasaan melainkan sikap hati dan keputusan untuk melakukan tindakan ini. Kemudian saya merasa bahwa mengasihi menjadi begitu sulit, tapi ini yang Tuhan ingin kita lakukan. Karena Ia adalah Kasih (Pribadi) dan Ia mau kita semakin seperti Dia. Bahakan, perintah yang terutama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan? Mat 22:37-40 menjelaskan hal yang tidak kalah penting dalam mengasihi Tuhan adalah mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dengan kata lain, bagaimana kita menunjukkan kasih kepada sesama atau bagaimana kita memperlakukan sesama, menunjukkan kualitas kasih kita kepada Tuhan. Menjadi jelas ketika cara kita mengasihi yang kelihatan menunjukkan kualitas kasih kita pada sumber yang tidak kelihatan. Namun sulit bagi manusia biasa untuk mengasihi jika tidak ada yang mencontohkan.

Sederhananya, hari ini saya mau membahas seperti apa Tuhan mengasihi kita sehingga kita bisa belajar dari kasih-Nya untuk kita aplikasikan untuk mengasihi sesama kita.

Ada 3 poin yang ingin saya bagikan hari ini:

1. Yesus mengasihi orang yang tidak sempurna dan masih berdosa (Luk 5:32)

Saya terkadang merasa malu pada diri saya sendiri. Ingin hidup berkenan pada Tuhan namun kerap masih jatuh bangun dalam dosa. Tapi kabar baik di sini adalah Tuhan suka orang yang menyadari dirinya berdosa dan mengakui pada Tuhan bawa dirinya tidak mampu tanpa Tuhan yang tolong dia sehingga ia sadar betul bahwa ia memerlukan kasih Tuhan (Aspek SABAR nya Tuhan dalam mengasihi).

Masalahnya, kadang orang seringkali merasa sangat tidak layak terutama dalam usahanya untuk lepas dari suatu dosa dan berkomitmen untuk tidak melakukan dosa tertentu lagi, kemudian suatu kali ia kembali melakukan kesalahan yang sama kemudian Ia merasa kali ini Tuhan benar-benar tidak akan menerimanya kembali. Namun benarkah demikian?

Saya percaya bahwa kegagalan sejati terjadi ketika kita berhenti mencoba bukan ketika kita gagal mencoba. Kita seringkali menyerah pada diri kita sendiri padahal Tuhan tidak pernah menyerah pada kita. Ingat deskripsi Kasih di surat Korintus tadi. Jangan menyerah! Kembali lagi pada Tuhan dan minta pertolongan dan kasihnya untuk membantumu bangkit. Bukan dengan hidup benar kita mengasihi Tuhan dan Tuhan mengasihi kita, tapi karena kita sadar Tuhan sangat mengasihi kita, kita mau hidup benar.

Kita tidak pernah gagal di hidup yang ada menang atau belajar

-Nelson Mandela

2. Kasih yang tidak menengok ke belakang

Manusia suka buat drama sendiri di pikiran mereka tentang betapa berdosanya diri ini dan kalau  saya jadi Tuhan, saya udah marah besar. Ya, untungnya kita bukan Tuhan.

Daud dipilih Tuhan, seorang muda yang pekerjaannya tidak diperhitungkan tapi tuhan pilih. Meski begitu dia membuat kesalahan besar, ya dipilih Tuhan bukan berarti sempurna dan itulah alasan kita harus bisa mengampuni diri sendiri. Tapi Mazmur 32:5 Daud tahu betapa Tuhan mengampuni dosa kita. Tuhan ga mengingat dosa kita, iblis sering mencoba mengintimidasi kita dengan perasaan bersalah atas dosa kita, tapi Tuhan tidak pernah mengintimidasi.

Karena Yesus adalah hidup! Hidup selalu melihat ke depan. Coba cek kalau diri kita masih terpaku di masa lalu mungkin kita hidup tapi kita mati. Komunitas yang hidup tidak berfokus pada keberhasilan dan kegagalan di belakang, tapi pada masa depan dan apa yang akan dicapai ke depannya.

Dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan, “Ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami.” Bagaimana jika kita bersalah pada diri sendiri? Ya ampuni diri sendiri!

Yesus bilang kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. Tidak heran jika kasih kepada sesama menjadi begitu sulit ketika kita tidak mampi mengasihi diri sendiri padahal Tuhan saja mengasihi kita.

3. Kasih yang berkomitmen

Berkomitmen di sini tidak berarti menikah. Sama sekali tidak, melainkan tetap memutuskan untuk menunjukkan kasih meskipun tidak dianggap. MUSTAHILLLL !!!

Ya, saya setuju itu mustahil apalagi mengingat bahwa manusia itu mengecewakan. Termasuk saya. Oleh sebab itu jangan berharap pada manusia, berharaplah pada Tuhan. Karena ekspektasi manusia berbeda-beda dan hanya Tuhan yang bisa mengerti. Oleh sebab itu kita butuh Tuhan untuk bantu kita karena Ia adalah TUHAN atas Kemustahilan.

Sadar atau tidak, sengaja atau tidak kita seringkali mengkhianati dan mengecewakan Tuhan tapi Ia selalu ada ketika kita mencarinya dengan kasih yang tetap 100%.

Saya pribadi mungkin kadar kasihnya 5%. Tapi menyadari kasih Tuhan yang jujur bagi saya itu tidak manusiawi, saya mau belajar setidaknya saya mau jadi orang yang tahu bagaimana bersyukur dan menghargai kasih Tuhan, yaitu dengan menjadi saluran kasih-Nya.

Mostly what God does is love you. Keep company with Him and learn a life of love. Observe how Christ loved us. His love was not cautious but extravagant. He didn’t love in order to get something from us but to give everything of Himself to us. Love like that

Ephesians 5:1-2 MSG

Leave a comment